Ibadah Iklas Kepada Allah SWT, Tukang Koran Naik Haji
Written By Unknown on Rabu, 23 Oktober 2013 | 06.55
AssalamualaikumWr. Wb.
Bismilahirrahamanirrahim
Segala puji-pujian senantiasa mari kita sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai anugrah nikmat, Islam, Iman, Ikhsan untuk terus kita jaga bahkan untuk ditingkatkan sebagai wujud nyata rasa syukur kepada sang Khaliq, semoga kita semua dalam lindungan-Nya.Amin.
Hal ini tidak lepas dari anugrah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, tabiin dan tabbiit hingga sampai kepada kita semua semoga senantiasa istiqomah menjadi estafet agama yang hanya diridoi oleh Allah SWT sampai kepada anak keturunan kita semua menjadi umat-Nya.
Saudaraku, banyak diantara kita pasti merasakan bagaimana sesuatu nikmat iman dengan cara iklas beribadah kepada-Nya. Nikmat itu, tak bisa digambarkan dengan sesuatu apapun termasuk dunia sekalipun, apalagi sebuah harapan ibadah tertentu sudah menjadi impian agar lebih mantab lagi untuk mendekatkan diri kepada sang Khaliq.
Salah satu pengalaman ritual ini akan dipaparkan bagaimana seseorang secara akal nilai tak berarti, namun sangat berarti jika Allah SWT mengangkat derajat berupa keimanan sampai kepada puncak iman sebagai hamba sahaya. Dengan bersungguh-sungguh berkeinginan dia untuk menunaikan rukun Islam ke enam yaknni menunaikan ibadah haji.
Seseorang ini, sungguh sangat memukul mereka dengan keberadaan harta melimpah ruah secara dunia bisa untuk menunaikan ibadah haji. Namun dengan berbagai pertimbangan akal sehat seharusnya secara ukuran umum .sebagai syarat utama menjadi tamu Allah SWT ke Makkah menunaikan ibadah haji, tertunda-tunda bahkan sampai meninggal dunia. Sungguh disayangkan orang mampu selalu menunda-nunda ibadah rukun iman ke lima ini.
Namun niat mantab disertai beribadah dengan sungguh-sungguh kepada Allah, seorang bernama Mohammad Anwar (53), warga Desa Glagahan, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pria paru baya mata pencaharian adalah seorang tukang koran setiap hari berkeliling mengantarkan koran dari rumah ke rumah.
Dalam keterangannya,kepada salah seorang menceritakan tentang pengalaman hingga sampai bisa menunaikan ibadah haji ke Makkah ini. Niat dan tekadkan untuk bisa menunaikan ibadah haji sudah bulan dengan cara menabung sisa dari hasil jualan koran bertahun-tahun dan sertai sholat tahajud mengharap rido Allah SWT, dia bisa berangkat ke tanah suci Makkah tahun 2013 ini.
Dia tampak terlihat duduk dengan ratusan jamaah calon haji embarkasi Surabaya. Tabungannya selama lima tahun dari hasil loper koran, akhirnya membuahkan keberangkatan ke tanah suci bersama kloter 12, Selasa (17/9).
"Kuncinya adalah Solat Tahajud dan Duha. Ditambah sadaqoh rutin di jalan-jalan," kata bapak tiga anak ini pada Republika sesaat setelah tiba di Asrama Haji Surabaya, Senin (16/9).
Anwar mengatakan, perjuangannya mengumpulkan uang tidaklah mudah. Dia bahkan harus menjual sepeda motornya untuk modal pendaftaran tabungan di sebuah bank syariah. Uang loper koran yang tidak lebih dari Rp 50 ribu per hari, akhirnya terkumpul Rp 36 juta selama lima tahun, biaya haji saat itu hanya Rp 35 juta.
Pada 2008, pria kurus berkulit gelap ini, menyetorkan uang muka pendaftaran haji Rp 4 juta, ditambah biaya administrasi nomor porsi Rp 20 juta. Namun, dia baru bisa membayar Rp 2 juta, kekurangan 18 juta, wajib dilunasinya setahun ke depan.
"Tapi saya baru bisa lunasi setelah 3 tahun, dan itu kena denda Rp 3 juta," katanya sambil menahan tangis mengingat sulitnya gali tutup lubang untuk melunasi tabungan tersebut.
Bukan hanya itu, Anwar pun bersyukur, meski hanya tamatan sekolah dasar, dia tetap bisa menyekolahkan ketiga anaknya hingga lulus sarjana. Bahkan, kata dia, putra-putri tersebut turut andil dalam menambah biaya tabungannya setelah bekerja.
Anwar mengaku, selama 10 tahun terakhir ini, dia selalu menjaga ibadanya, terutama solat tahajud. Menurutnya, hampir setiap malam, dia terbiasa bangun untuk bersimpuh pada Allah dan meminta kecukupan rezeki esok hari.
"Kemudian, di perjalanan saya selalu menyediakan uang receh untuk para pengemis atau tukang minta-minta di lampu merah," tambah Anwar.
Tidak cukup sampai di situ, usai mengantar koran, sekitar pukul 09.00 ketika tiba di rumah, dia kemudian melaksanakan Solat Duha setidaknya dua rakaat. Tidak ada rutinitas lain yang dia lakukan, namun dengan menjalankan amalan itu, dia selalu mendapat rezeki tak terduga.
Anggota ranting PWNU Jombang ini mengatakan, selalu saja ada warga yang memintanya datang untuk mengisi materi ceramah pengajian di suatu kegiatan. Walau pekerjaan sampingan itu tidak menuntut bayaran, sedikitnya dia akan menerima Rp 200 ribu dari pihak penyelenggara.
"Uang itu dia sisihkan untuk tabungan haji, makan sehari-hari, dan biaya anak sebelum mereka lulus," ujarnya.
Awalnya, bapak bertubuh bungkuk itu adalah tulang punggung keluarga. Namun sekarang tiga anaknya sudah bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri. Justru sebagian gaji mereka disishkan untuk orang tua. Anwar merasa terharu karena akhirnya bisa berangkat haji, namun sedih karena hanya sendiri.
Setibanya di Mekkah nanti, dia mengatakan, akan berdoa agar ke depan bisa dicukupkan kembali berangat umrah bersama istri. Dia juga menyarankan agar keluarganya terus mengamalkan ibadah rutin seperti tahajud, duha dan infak sodaqoh setiap harinya.
"Kalau kita punya keinginan dekatkanlah diri kepada Allah, biar nanti Dia yang mengurusnya," ujarnya.
Semoga ini menginsfirasi kita semua bahwa niat dan tekad untuk beribadah secara gambaran akal sehat sangat berat.Namun, jika niat dan tekad ini disertai iktiar dengan sungguh tak ada yang tak bisa seberat apapun biaya itu.
Oleh karena belajar dari pengalaman saudara kita ini untuk terus memulai apapun untuk beribadah kepada Allah SWT, maka cepat atau lambat Isya Allah akan dikabulkan segala keinginan dan niat tersebut sepanjang untuk mencari rido-Nya.Mari kita coba untuk memulainya......
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semoga bermanfaat
Label:
Artikel
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !