AKHIRAT ADALAH KEKAL ABADI
Hidup di dunia adalah tumpangan sementara waktu saja. Lepas itu kita akan menginap di satu tempat yang kekal di akhirat yaitu syurga atau neraka.
Di dunia, kita ditugaskan mencari seberapa banyak bekal untuk dibawa ke akhirat. Dunia bukan tempat bersenang-lenang. Kesenangan di dunia sementara dan bersifat palsu. Begitu juga dengan kesusahan di dunia sementara dan palsu.
Perlulah kita fahami bahwa kesenangan di dunia bukan betul-betul senang, karena kemungkinan sekali menjadi bala', sementara kesusahannya pula mungkin menjadi sUatu rahmat dan kenikmatan pula. Dunia adalah tempat kita ditipu dan menipukan.
Akhirat saja tempat yang kekal, di mana kesenangannya adalah mutlak 100% dan kesusahannya juga 100%. Menyadari hakikat ini, perlulah kita menyediakan perbekalan untuk satu perjalanan yang sangat jauh. Kekurangan bekal akan amat menyulitkan perjalanan kita.
Dalam menjalani kehidupan keseharian, kita sering lupa akan perjalanan kehidupan kita yang sebenarnya. Lantaran itu Allah seringkali memberi peringatan supaya kita tidak lupa akan perjalanan hijrah kita ke alam Baqa'. Peringatan demi peringatan dikenakan kepada diri kita, tetapi kita tidak faham atau tidak mengerti bahasa, dan gembira, malah semakin besar tawanya. Kalau PLN memberi peringatan akan ada pemutusan listrik, kita menjadi kalang-kabut, tetapi bila Allah memberi peringatan, kita acuh tak acuh saja.
Nabi Musa as. pernah memberitahu Malaikat supaya segera memberitahunya sebelum mencabut nyawanya. Tetapi tatkala akan diambil nyawanya, Nabi Musa as. bertanya kepada Malaikat, mengapa Malaikat itu tidak memberitahunya lebih awal. Malaikat segera menjawab, Allah telah banyak memberikan peringatan demi peringatan. Di antara peringatan yang disampaikan oleh Allah Swt adalah, ketika pertukaran rambut hitam menjadi putih, gigi menjadi rapuh, mata bertambah kabur, pendengaran bertambah kurang, badan segar menjadi layu, kuat menjadi lemah, muda menjadi tua, kulit semakin kendur dan sebagainya.
Ada 3 kategori manusia dalam menghadapi kematian :
Pertama : Bila teringat akan mati, terasa lapang hatinya. Hatinya menjadi suka. Kelompok manusia dalam kategori ini, mereka yang benar-benar berilmu dan telah penuh keimanannya terhadap Allah Swt dan hari akhirat. Mereka telah mencapai ma'rifat terhadap Allah Swt. Ini adalah maqam tertinggi yang dimiliki oleh para walinya Allah Swt.
Kedua : Apabila teringat mati, hatinya menjadi takut, kecut dan gementar. Mereka ialah orang-orang kafir yang tidak sanggup berjumpa dengan Allah Swt. Mereka seumpama binatang-binatang liar kepunyaan seseorang. Apabila tuannya hendak mengambilnya, dia mencoba untuk melarikan diri, tetapi dapat ditangkap secara paksa. Kematian mereka amat menghinakan.
Ketiga : Golongan ini merasa dukacita dan takut terhadap kematian. Tetapi apabila telah mengalami mati, dia merasa sukacita. Malahan jika diberi pilihan, mereka tidak akan mau kembali ke dunia semula. Mereka telah dapat mengecap dan menikmati alam yang lebih kekal dan lebih baik daripada alam fana yang penuh dengan kesusahan dan kesengsaraan. Golongan ini ibarat seorang bayi yang baru lahir dari perut ibunya. Semasa akan keluar, bayi akan menangis karena menyangka hidup di dalam perut ibunya lebih baik dan nyaman daripada alam dunia. Tetapi apabila telah lahir di dunia ini, dia tidak akan mau kembali ke dalam perut ibunya meskipun diberi pilihan. Manusia yang termasuk dalam golongan ini ialah orang-orang beriman yang belum mencapai taraf tinggi atau orang mukmin biasa.
Marilah kita berlomba-lomba mencari bekal untuk akhirat. Janganlah kita asyik berlomba-lomba mencari bekal dunia sehingga terlupa pertemuan kita dengan Allah Swt. Kematian hanya hijrah atau perpindahan alam, berpindah dari negeri binasa ke negeri yang kekal abadi. Allah Swt telah memberikan banyak peringatan kepada kita dan jadikanlah sebagai cemeti untuk menyadarkan diri tentang kematian yang sudah tentu akan menemui kita.
Wallahu 'Alam. Semoga bermanfaat
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !