HIKMAH BULAN
MUHARRAM 1434 H
Oleh : Satya Priya
Utama
Muharram, adalah bulan di mana umat Islam
mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan yang disebut
Qomariah bukan menggunakan ukuran peredaran matahari dan jika menggunakan
hitungan peredaran matahari di sebut tahun Syamsiyah, Miladiah dan Masehi.
Untuk pertama kalinya awal tahun Hijriah dengan di mulai pada bulan Muharam ini
di tetapkan oleh Sayyidina Umar ibn
al-Khattab, khalifah kedua dari jajaran Khulafa'urrasyidin dan di sebut tahun
awal hijriyyah. Karena sebelumnya penghitungan tahun menggunakan sebutan isi
dalam tahun itu seperti tahun gajah, tahun kuda dlsb.
Muharram adalah bulan Pengampunan Dosa. Kata Muharram
artinya “dilarang”. Sebelum datangnya
dakwatul Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan pada bulan
ini dilarang untuk melakukan hal-hal yang agung seperti peperangan dan
pertumpahan darah. Bulan Muharram banyak memiliki keistimewaan. Khususnya pada
tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10 Muharram antara lain Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa setahun
sebelumnya dan setahun ke depan. (HR.
Tarmidzi)
Sesungguhnya bilangan
bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia
menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram . Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam
bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana
merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang
yang bertakwa. (At-Taubah 36)
Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut
dalam Kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua
belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan. Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah,
Zulhijjah, Muharram dan Rajab.
Semua ahli tafsir Al-Quran sepakat dengan hal ini karena
Rasululullah SAW. dalam pelaksanaan ibadah haji kesempatan haji terakhirnya
mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di
antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah,
Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab." Selain keempat bulan
khusus itu, masih ada bulan Ramadhan yang memiliki predikat sebagai bulan
paling suci dalam satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut
bulan-bulan yang disucikan karena ada alasan-alasan khusus pula, bahkan para
musyrikin mengakui keempat bulan tersebut disucikan.
Keutamaan Bulan Muharram Nabi Muhammad SAW. bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah
puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram." Meski puasa di bulan
Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan
mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.. Khususnya pada tanggal 10
Muharram yang dikenal dengan hari “Asyura”,
Ibnu
Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad SAW. hijrah dari Makkah ke Madinah,
beliau menjumpai orang-orang Yahudi Madinah sedang melakukan ritual puasa pada
tanggal 10 Muharram.
Dan setelah dipinta penjelasannya, menurut orang-orang
Yahudi Madinah kala itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi
Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan
melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam. Mendengar
hal ini, Nabi Muhammad SAW. mengatakan, "Kami
lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian" dan beliau langsung
menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari “Asyura”.
Dalam sejarah awal Islam, pada mulanya berpuasa pada hari “Asyura” diwajibkan. Kemudian, puasa
bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari “Asyura” disunahkan. Siti Aisyah
mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba
di Madinah, ia berpuasa pada hari “asyura” dan
memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi
puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan
kewajiban puasa pada hari “Asyura” dihilangkan.
Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau
boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau. Rasulullah SAW. biasa berpuasa pada
hari “Asyura” bahkan setelah
melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan. Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa
pada hari “Asyura” dibandingkan hari lainnya (dalam satu bulan Muharam) dan
lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa ”Asyura” (dalam satu
tahun)." (HR Bukhari dan Muslim).
Sejumlah hadist mengisyaratkan bahwa puasa di hari “Asyura” hukumnya sunnah. Juga ada
beberapa hadits menyarankan dan di ambil istimbat oleh Mujtahid Muthlaq agar
puasa hari “Asyura” diikuti oleh puasa
satu hari sebelum atau sesudah puasa hari “Asyura”.
Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW., orang Yahudi hanya berpuasa pada hari “Asyura” saja dan Rasulullah
ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia
menyarankan umat Islam berpuasa pada hari “Asyura” ditambah puasa satu hari
sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10
dan 11 Muharram).
Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak
bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada hari
tanggal 10 Muharram. Keterangan tradisi ini memang tidak disebutkan dalam
hadist yang shahih, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan
bahwa hal itu boleh dilakukan karena ada hadits fadhoilul.
Wallahu ‘alam bis showab
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !