Headlines News :
Home » » HIKMAH BULAN MUHARRAM 1434 H

HIKMAH BULAN MUHARRAM 1434 H

Written By Unknown on Selasa, 04 Desember 2012 | 09.20


HIKMAH BULAN MUHARRAM 1434 H

Oleh : Satya Priya Utama



Muharram, adalah bulan di mana umat Islam mengawali tahun kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan yang disebut Qomariah bukan menggunakan ukuran peredaran matahari dan jika menggunakan hitungan peredaran matahari di sebut tahun Syamsiyah, Miladiah dan Masehi. Untuk pertama kalinya awal tahun Hijriah dengan di mulai pada bulan Muharam ini di tetapkan oleh Sayyidina Umar ibn al-Khattab, khalifah kedua dari jajaran Khulafa'urrasyidin dan di sebut tahun awal hijriyyah. Karena sebelumnya penghitungan tahun menggunakan sebutan isi dalam tahun itu seperti tahun gajah, tahun kuda dlsb.

Muharram adalah bulan Pengampunan Dosa. Kata Muharram artinya “dilarang”. Sebelum datangnya dakwatul Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci dan pada bulan ini dilarang untuk melakukan hal-hal yang agung seperti peperangan dan pertumpahan darah. Bulan Muharram banyak memiliki keistimewaan. Khususnya pada tanggal 10 Muharram. Beberapa kemuliaan tanggal 10 Muharram antara lain Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa setahun sebelumnya dan setahun ke depan. (HR. Tarmidzi)

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram . Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (At-Taubah 36) 

Jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, tersebut dalam Kitab Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Di antara kedua belas bulan itu ada empat bulan yang disucikan. Keempat bulan itu adalah, Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab.

Semua ahli tafsir Al-Quran sepakat dengan hal ini karena Rasululullah SAW. dalam pelaksanaan ibadah haji kesempatan haji terakhirnya mendeklarasikan, "Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, empat di antaranya adalah bulan suci. Tiga di antaranya berurutan yaitu Zulqaidah, Zulhijjah, Muharram dan ke empat adalah bulan Rajab." Selain keempat bulan khusus itu, masih ada bulan Ramadhan yang memiliki predikat sebagai bulan paling suci dalam satu tahun. Keempat bulan tersebut secara khusus disebut bulan-bulan yang disucikan karena ada alasan-alasan khusus pula, bahkan para musyrikin mengakui keempat bulan tersebut disucikan.

Keutamaan Bulan Muharram Nabi Muhammad SAW. bersabda, "Ibadah puasa yang paling baik setelah puasa Ramadan adalah berpuasa di bulan Muharram." Meski puasa di bulan Muharram bukan puasa wajib, tapi mereka yang berpuasa pada bulan Muharram akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.. Khususnya pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan hari “Asyura”,  Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Muhammad SAW. hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi Madinah sedang melakukan ritual puasa pada tanggal 10 Muharram.

Dan setelah dipinta penjelasannya, menurut orang-orang Yahudi Madinah kala itu, tanggal 10 Muharram bertepatan dengan hari ketika Nabi Musa dan pengikutnya diselamatkan dari kejaran bala tentara Firaun dengan melewati Laut Merah, sementara Firaun dan tentaranya tewas tenggelam. Mendengar hal ini, Nabi Muhammad SAW. mengatakan, "Kami lebih dekat hubungannya dengan Musa daripada kalian" dan beliau langsung menyarankan agar umat Islam berpuasa pada hari “Asyura”.

Dalam sejarah awal Islam, pada mulanya berpuasa pada hari “Asyura” diwajibkan. Kemudian, puasa bulan Ramadhan-lah yang diwajibkan sementara puasa pada hari “Asyura” disunahkan. Siti Aisyah mengatakan, "Ketika Rasullullah tiba di Madinah, ia berpuasa pada hari “asyura” dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa. Tapi ketika puasa bulan Ramadhan menjadi puasa wajib, kewajiban berpuasa itu dibatasi pada bulan Ramadhan saja dan kewajiban puasa pada hari  “Asyura”  dihilangkan. 

Umat Islam boleh berpuasa pada hari itu jika dia mau atau boleh juga tidak berpuasa, jika ia mau. Rasulullah SAW. biasa berpuasa pada hari “Asyura” bahkan setelah melaksanakan puasa wajib di bulan Ramadhan. Abdullah Ibn Mas'ud mengatakan, "Nabi Muhammad lebih memilih berpuasa pada hari “Asyura” dibandingkan hari lainnya (dalam satu bulan Muharam) dan lebih memilih berpuasa Ramadhan dibandingkan puasa ”Asyura” (dalam satu tahun)." (HR Bukhari dan Muslim). 

Sejumlah hadist mengisyaratkan bahwa puasa di hari “Asyura” hukumnya sunnah. Juga ada beberapa hadits menyarankan dan di ambil istimbat oleh Mujtahid Muthlaq agar puasa hari “Asyura” diikuti oleh puasa satu hari sebelum atau sesudah puasa hari “Asyura”. Alasannya, seperti diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW., orang Yahudi hanya berpuasa pada hari “Asyura” saja dan Rasulullah ingin membedakan puasa umat Islam dengan puasa orang Yahudi. Oleh sebab itu ia menyarankan umat Islam berpuasa pada hari “Asyura” ditambah puasa satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya (tanggal 9 dan 10 Muharram atau tanggal 10 dan 11 Muharram).

Selain berpuasa, umat Islam disarankan untuk banyak bersedekah dan menyediakan lebih banyak makanan untuk keluarganya pada hari tanggal 10 Muharram. Keterangan tradisi ini memang tidak disebutkan dalam hadist yang shahih, namun ulama seperti Baihaqi dan Ibnu Hibban menyatakan bahwa hal itu boleh dilakukan karena ada hadits fadhoilul.

Wallahu ‘alam bis showab
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Template | Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dakwah DKM MASJID AT' TAQWA - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Zack Template