Headlines News :
Home » » Tawuran Pelajar Tanggungjawab Semua Orang

Tawuran Pelajar Tanggungjawab Semua Orang

Written By Unknown on Kamis, 20 Februari 2014 | 18.14






Bismilahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb.

Alhamdullilahirabilalamin Wassalatu Wassalamu Ambiayi Walmursalim, Waashaduanna Muhammad Waali Wasaabihi Ajmain, ama bakdu.

Syukur Alhamdulillah atas berbagai nikmat Islam, Iman dan Taqwa kepada Allah SWT untuk senantiasa terus beribadah termasuk anak keturuan mengikuti langkah semua agar  menjadi anak sholeh dan sholehah, amin.

Selawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan alam nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, umat dan termasuk kita semua menjadi umat senantiasa mengikuti jalannya secara istiqomah sampai dipanggil Allah SWT, menjadi ghusnul qhotimah, amin.

Saudaraku dimanapun berada, pada akhir-akhir ini kita disuguhkan berbagai fenomena anak pelajar tawuran cukup mencengangkan dengan kebiadaban secara keji membunuh pelajar lain tanpa perikemanusian. Protret buram pelajar pada penanaman moral agama ada yang salah dan ini semua menjadi tanggungjawab semua pihak,   orang tua,  sekolah dan  kita semua untuk melakukan perbaikan aklaq pelajar.

Betapa tidak miris, hal ini terlhat kejadian tawuran di wilayah Sukabumi praktiknya tawuran tapi cara membunuh dengan cara kriminal dengan pakai senjata tajam, korba pelajar sudah minta ampun- ampun masih juga dihabisi dengan senjata tajam alias clurit  tanpa mengenal belas kasihan, belum termasuk di Bogor, Jakarta dan daerah lain di Indonesia.





Kalau ini terus dibiarkan dan tidak serius untuk melakukan antisipasi kesadisan masih dalam taraf usia muda belia, jangan salahkan diri sendiri anak akan menjadi kriminal-kriminal yang penuh kebengisan. Subhanallah, mari kita sadar dan sudahi tawuran pelajar diberbagai daerah di Indonesia dengan cara menanamkan berbagai ilmu agama sebagai jawaban menata moral anak pelajar mulai dari lingkup keluarga dan sekolah dimana mereka bersekolah.

Tentu harus mengilhami tentang perjalanan hidup anak mengalami berbagai proses dari mulai orok hingga dewasa ditempa berbagai pengalaman hidup di lingkungan dimana berada. Terutama orang tua sebagai pembawa amanah anak diberikan Allah SWT akan membentuk anak itu menjadi orang taat  beragama atau  tergantung dari didikan orang tuanya itu sendiri.

Namun demikian, seiring dengan perkembangan jaman sekarang ini lingkungan keluarga atau disebut sebagai intern dan lingkungan pergaulan anak diluar ekstern akan ikut mewarnai perkembangan anak tersebut. Agar kuat mendisiplinkan anak pada lingkungan keluarga orang tua agar memberikan benteng paling  jitu yaitu nilai-nilai agama.

Jika tidak diberikan nilai-nilai perikehidupan anak sebagai pondasi agama dalam menghadapi berbagai pengaruh lingkungan ekstern begitu kuat dalam mempengaruhi jiwa anak tersebut. Sebab Allah dan Rasul sendiri telah mengamanatkan kelahiran seorang anak berupa lembaran putih tergantung dari orang tuanya mau menjadikan seorang majusi dan nasrani semua terletak pada orang tuanya sendiri. 

Mengingat,  anak merupakan keturunan amanah Allah SWT wajib dijaga dengan baik,  tentu maksud harus dijaga di sini  dengan baik sebagai dasar utama setiap makluk hidup di dunia diciptakan Rabby semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena harus ditanamkan agama diridhoi Allah yakni agama Islam, dengan berbagai ilmu pengetahuan agama yang cukup sehingga akan menjadi anak sholeh sebagaimana harapan semua umat beragama Islam.

Sebagaimana pemandangan setiap hari dijumpai segerombolan anak berpakaian seragam sekolah diperempatan jalan atau di salah satu kioas bahkan tidak malu-malu berkeliaran dipinggir-pinggir jalan dengan menghabiskan waktu, kemudian  menganggu sesama pelajar lain bahkan sesekali  suara ejekan ataupun berbagai ungkapan lain kepada pelajar perempuan.

Jika ini terus berlanjut, maka akan menimbulkan dampak negatif  segerombolan anak suka nongkrong di berbagai tempat terutama di jalan seharusnya mereka ini seusai pulang dari sekolah agar  pulang ke rumah masing-masing. Namun, mereka tidak pulang, malahan waktu pulang ke rumah  dipergunakan untuk nongkrong sesama pelajar satu sekolah.

Hal ini sudah menjadi pemandangan umum setiap hari. Kenapa orang tuanya tidak menanyakan anak agar pulang ke rumah ? Agar pengaruh negatif mempengaruhi pelajar dimanapun berada, walau secara prosentasi angka kenakalan di tingkat pelajar masih kecil jika dibandingkan dengan angka anak pelajar yang baik-baik tidak berbading lurus dengan pelajar terbilang nakal.

Kendati demikian, tingkat kenakalan pelajar harus diwaspadai sebagai bentuk perlu pemecahan bersama, lebih-lebih kepada orang tua untuk terus melakukan pengecekan kepada anak-anak pulang sekolah dan berangkat sekolah.Artinya, mari dikontrol benar-benar anak itu datang ke sekolah mengikuti pelajaran atau tidak ? Kemudian setelah jam pulang perlu dikontrol agar segera anaknya pulang ke rumah.

Hal ini sebagai bentuk memastikan anak ikut pelajaran atau sesuai dengan jam sekolah pulang dilakukan pengecekan agar anak benar-benar pulang ke rumah. Sesibuk apapun orang tua agar melakukan kontrol kepada anaknya sekaligus jangan terlalu menggantungkan anak kepada sekolah, sebab tanggungjawab sekolah saaat anak mengikuti pelajaran di sekolah artinya dilingkup sekolahan saja, selebihnya setelah pulang merupakan tangungjawab orang tua untuk melakukan pengontrolan kepada anaknya.

Dengan upaya optimal orang tua untuk menjaga dari pengaruh ekstern tersebut masih juga anak nakal, berarti ini merupakan ujian dari Allah SWT ditujukan kepada  orang tua untuk senantiasa sabar dan terus menerus untuk mengingatkan kepada anak berperilaku baik sesuai dengan tuntunan agama.
                                                                


Ingat anak merupakan titipan Allah wajib dijaga untuk menjadi anak sholeh, nabi Muhammad SAW  telah mengajarkan cara mendidik sejak usia  usia anak tujuh tahun jika tidak mau beribadah dianjurkan untuk memaksa anaknya untuk beribadah,  hal ini bertujuan agar tertanam ibadah kepada Allah SWT sejak usia dini.   

Anak adalah generasi penerus agama dan bangsa serta keluarga jika tidak mendisiplinkan moral agama secara istiqomah kepada anak akan membawa dampak dunia dan akhirat. Sebab saat orang tua meninggal hanya tiga perkara bisa menghilangkan siksaan di alam kubur. Yakni, anak sholeh dan shilehah, amal jariah dan ilmu yang bermanfaat.

Celaka, bila tidak bisa mendidik anak menjadi anak sholeh orang tua akan mengalami berbagai ujian dunia bahkan akhirat akan menyesal selamanya. Sebagaimana perintah Allah kepada para nabi-nabi agar menyampaikan ayat Allah sebagai kabar gembira dan peringatan, namun setelah semua telah disampaikan kepada umatnya,  ternyata mereka itu tidak beriman bukan lagi tanggungjawab nabi-nabi, sebab urusan hidayah otoritasnya Allah SWT.

Kembali tanggungjawab oran tua seperti tersebut diatas, namun untuk terus-terus mengarahkan anak untuk beribadah. Bukan berarti setelah menyarankan/ nasehat agar beribadah kepada Allah kemudian tidak dilaksanakan anak terlepas diri, tapi lebih jauh yakni terus dan terus penuh ketekunan dan kesabaran untuk menyampaikan tentang ibadah kepada anaknya, artinya perjuangkan terus agar anak untuk beribadah.

Namun, dengan cara berbagai upaya secara maksimal untuk memberikan pengertian kepada anak agar beribadah, ternyata pada perjalanan tetap saja anak tidak mau beribadah baru orang tua sudah berlepas diri dari tanggungjawab atas anaknya sebagai orang sholeh. Hal ini, dialami oleh nabi Nuh AS, anak dan istrinya tidak mau taat dan beribadah kepad  Allah SWT dengan adzab air bah sehingga semua umat yang ingkar dimusnahkan dari muka bumi Allah SWT itu.

Padahal orang tua sebagai pewaris agama Islam, sejak kecil sudah ada hidayah berupa keturunan Islam bagi orang tuanya telah menjadi pewaris Islam. Dengan demikian, sangat mudah untuk memperkuat keimanan dengan membentengi ajaran-ajaran agama dengan ilmu-ilmu agama memadai, sebagai bentuk syukur sekaligus untuk menjaga hidayah Allah SWT tersebut.

Jika tidak ditanamkan berbagai ilmu-ilmu agama memadai dari orang tuanya, sudah pasti sangat gampang anak terpengaruh berbagai pengaruh yang tidak ada nilai agama. Kemudian yang terjadi adalah hidayah lama-lama hilang dan akhirnya menjadi  anak sesuai dengan kemauan dan kehendaknya alias jauh dari nilai-nilai agama itu sendiri.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan anak sholeh adalah dibutuhkan kesabaran dari orang tua dari mulai pergaulan di luar sekolah hingga dilingkungan keluarga untuk terus  menanamkan ibadah sebagai pegangan hidup manusia. Dengan cara mudah menanyakan untuk sholat, mengaji dan ikut pengajian serta diwajibkan untuk ikut memakmurkan masjid di lingkungan masing-masing.

Isya Allah, bila upaya orang tua terus menerus tanpa mengenal lelah dan selalu sabar untuk mendidik anaknya, kendati dengan sesibuk apapun orang tua selalu melakukan kontrol kepada anak dengan sendiri anak akan menurut dan akan menjadi anak sholeh. Semoga kita semua bisa menjadikan anak-anak kita anak sholeh/sholehah, amin.

Waalaikum Salam Wr. Wb.

Semoga bermanfaat
  


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Template | Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dakwah DKM MASJID AT' TAQWA - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Zack Template