Bismilahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdullilahirabilalamin
Wassalatu Wassalamu Ambiayi Walmursalim, Waashaduanna Muhammad Waali Wasaabihi
Ajmain, ama bakdu.
Syukur Alhamdulillah atas
berbagai nikmat Islam, Iman dan Taqwa kepada Allah SWT untuk senantiasa terus
beribadah termasuk anak keturuan mengikuti langkah semua agar menjadi anak sholeh dan sholehah, amin.
Selawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada junjungan alam nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,
sahabat, umat dan termasuk kita semua menjadi umat senantiasa mengikuti
jalannya secara istiqomah sampai dipanggil Allah SWT, menjadi ghusnul qhotimah,
amin.
Saudaraku dimanapun berada,
pada akhir-akhir ini kita disuguhkan berbagai fenomena anak pelajar tawuran
cukup mencengangkan dengan kebiadaban secara keji membunuh pelajar lain tanpa
perikemanusian. Protret buram pelajar pada penanaman moral agama ada yang salah
dan ini semua menjadi tanggungjawab semua pihak, orang
tua, sekolah dan kita semua untuk melakukan perbaikan aklaq
pelajar.
Betapa tidak miris, hal ini
terlhat kejadian tawuran di wilayah Sukabumi praktiknya tawuran tapi cara
membunuh dengan cara kriminal dengan pakai senjata tajam, korba pelajar sudah
minta ampun- ampun masih juga dihabisi dengan senjata tajam alias clurit tanpa mengenal belas kasihan, belum termasuk
di Bogor, Jakarta dan daerah lain di Indonesia.
Kalau ini terus dibiarkan dan tidak serius untuk melakukan antisipasi kesadisan masih dalam taraf usia muda belia, jangan salahkan diri sendiri anak akan menjadi kriminal-kriminal yang penuh kebengisan. Subhanallah, mari kita sadar dan sudahi tawuran pelajar diberbagai daerah di Indonesia dengan cara menanamkan berbagai ilmu agama sebagai jawaban menata moral anak pelajar mulai dari lingkup keluarga dan sekolah dimana mereka bersekolah.
Tentu harus mengilhami
tentang perjalanan hidup anak mengalami berbagai proses dari mulai orok hingga
dewasa ditempa berbagai pengalaman hidup di lingkungan dimana berada. Terutama
orang tua sebagai pembawa amanah anak diberikan Allah SWT akan membentuk anak
itu menjadi orang taat beragama atau tergantung dari didikan orang tuanya itu
sendiri.
Namun demikian, seiring
dengan perkembangan jaman sekarang ini lingkungan keluarga atau disebut sebagai
intern dan lingkungan pergaulan anak diluar ekstern akan ikut mewarnai
perkembangan anak tersebut. Agar kuat mendisiplinkan anak pada lingkungan
keluarga orang tua agar memberikan benteng paling jitu yaitu nilai-nilai agama.
Jika tidak diberikan
nilai-nilai perikehidupan anak sebagai pondasi agama dalam menghadapi berbagai
pengaruh lingkungan ekstern begitu kuat dalam mempengaruhi jiwa anak tersebut.
Sebab Allah dan Rasul sendiri telah mengamanatkan kelahiran seorang anak berupa
lembaran putih tergantung dari orang tuanya mau menjadikan seorang majusi dan
nasrani semua terletak pada orang tuanya sendiri.
Mengingat, anak merupakan keturunan amanah Allah SWT
wajib dijaga dengan baik, tentu maksud
harus dijaga di sini dengan baik sebagai
dasar utama setiap makluk hidup di dunia diciptakan Rabby semata-mata untuk beribadah
kepada-Nya. Oleh karena harus ditanamkan agama diridhoi Allah yakni agama
Islam, dengan berbagai ilmu pengetahuan agama yang cukup sehingga akan menjadi
anak sholeh sebagaimana harapan semua umat beragama Islam.
Sebagaimana pemandangan
setiap hari dijumpai segerombolan anak berpakaian seragam sekolah diperempatan
jalan atau di salah satu kioas bahkan tidak malu-malu berkeliaran
dipinggir-pinggir jalan dengan menghabiskan waktu, kemudian menganggu sesama pelajar lain bahkan
sesekali suara ejekan ataupun berbagai
ungkapan lain kepada pelajar perempuan.
Jika ini terus berlanjut,
maka akan menimbulkan dampak negatif
segerombolan anak suka nongkrong di berbagai tempat terutama di jalan
seharusnya mereka ini seusai pulang dari sekolah agar pulang ke rumah masing-masing. Namun, mereka tidak
pulang, malahan waktu pulang ke rumah dipergunakan
untuk nongkrong sesama pelajar satu sekolah.
Hal ini sudah menjadi
pemandangan umum setiap hari. Kenapa orang tuanya tidak menanyakan anak agar
pulang ke rumah ? Agar pengaruh negatif mempengaruhi pelajar dimanapun berada,
walau secara prosentasi angka kenakalan di tingkat pelajar masih kecil jika
dibandingkan dengan angka anak pelajar yang baik-baik tidak berbading lurus
dengan pelajar terbilang nakal.
Kendati demikian, tingkat kenakalan pelajar
harus diwaspadai sebagai bentuk perlu pemecahan bersama, lebih-lebih kepada
orang tua untuk terus melakukan pengecekan kepada anak-anak pulang sekolah dan
berangkat sekolah.Artinya, mari dikontrol benar-benar anak itu datang ke
sekolah mengikuti pelajaran atau tidak ? Kemudian setelah jam pulang perlu
dikontrol agar segera anaknya pulang ke rumah.
Hal ini sebagai bentuk
memastikan anak ikut pelajaran atau sesuai dengan jam sekolah pulang dilakukan
pengecekan agar anak benar-benar pulang ke rumah. Sesibuk apapun orang tua agar
melakukan kontrol kepada anaknya sekaligus jangan terlalu menggantungkan anak
kepada sekolah, sebab tanggungjawab sekolah saaat anak mengikuti pelajaran di
sekolah artinya dilingkup sekolahan saja, selebihnya setelah pulang merupakan
tangungjawab orang tua untuk melakukan pengontrolan kepada anaknya.
Dengan upaya optimal orang
tua untuk menjaga dari pengaruh ekstern tersebut masih juga anak nakal, berarti
ini merupakan ujian dari Allah SWT ditujukan kepada orang tua untuk senantiasa sabar dan terus
menerus untuk mengingatkan kepada anak berperilaku baik sesuai dengan tuntunan
agama.
Ingat anak merupakan titipan
Allah wajib dijaga untuk menjadi anak sholeh, nabi Muhammad SAW telah mengajarkan cara mendidik sejak usia usia anak tujuh tahun jika tidak mau beribadah
dianjurkan untuk memaksa anaknya untuk beribadah, hal ini bertujuan agar tertanam ibadah kepada
Allah SWT sejak usia dini.
Anak adalah generasi penerus
agama dan bangsa serta keluarga jika tidak mendisiplinkan moral agama secara
istiqomah kepada anak akan membawa dampak dunia dan akhirat. Sebab saat orang
tua meninggal hanya tiga perkara bisa menghilangkan siksaan di alam kubur.
Yakni, anak sholeh dan shilehah, amal jariah dan ilmu yang bermanfaat.
Celaka, bila tidak bisa
mendidik anak menjadi anak sholeh orang tua akan mengalami berbagai ujian dunia
bahkan akhirat akan menyesal selamanya. Sebagaimana perintah Allah kepada para
nabi-nabi agar menyampaikan ayat Allah sebagai kabar gembira dan peringatan,
namun setelah semua telah disampaikan kepada umatnya, ternyata mereka itu tidak beriman bukan lagi
tanggungjawab nabi-nabi, sebab urusan hidayah otoritasnya Allah SWT.
Kembali tanggungjawab oran
tua seperti tersebut diatas, namun untuk terus-terus mengarahkan anak untuk
beribadah. Bukan berarti setelah menyarankan/ nasehat agar beribadah kepada
Allah kemudian tidak dilaksanakan anak terlepas diri, tapi lebih jauh yakni
terus dan terus penuh ketekunan dan kesabaran untuk menyampaikan tentang ibadah
kepada anaknya, artinya perjuangkan terus agar anak untuk beribadah.
Namun, dengan cara berbagai
upaya secara maksimal untuk memberikan pengertian kepada anak agar beribadah,
ternyata pada perjalanan tetap saja anak tidak mau beribadah baru orang tua
sudah berlepas diri dari tanggungjawab atas anaknya sebagai orang sholeh. Hal ini,
dialami oleh nabi Nuh AS, anak dan istrinya tidak mau taat dan beribadah
kepad Allah SWT dengan adzab air bah
sehingga semua umat yang ingkar dimusnahkan dari muka bumi Allah SWT itu.
Padahal orang tua sebagai
pewaris agama Islam, sejak kecil sudah ada hidayah berupa keturunan Islam bagi
orang tuanya telah menjadi pewaris Islam. Dengan demikian, sangat mudah untuk
memperkuat keimanan dengan membentengi ajaran-ajaran agama dengan ilmu-ilmu
agama memadai, sebagai bentuk syukur sekaligus untuk menjaga hidayah Allah SWT
tersebut.
Jika tidak ditanamkan
berbagai ilmu-ilmu agama memadai dari orang tuanya, sudah pasti sangat gampang
anak terpengaruh berbagai pengaruh yang tidak ada nilai agama. Kemudian yang
terjadi adalah hidayah lama-lama hilang dan akhirnya menjadi anak sesuai dengan kemauan dan kehendaknya
alias jauh dari nilai-nilai agama itu sendiri.
Oleh karena itu, untuk
mewujudkan anak sholeh adalah dibutuhkan kesabaran dari orang tua dari mulai
pergaulan di luar sekolah hingga dilingkungan keluarga untuk terus menanamkan ibadah sebagai pegangan hidup
manusia. Dengan cara mudah menanyakan untuk sholat, mengaji dan ikut pengajian
serta diwajibkan untuk ikut memakmurkan masjid di lingkungan masing-masing.
Isya Allah, bila upaya orang
tua terus menerus tanpa mengenal lelah dan selalu sabar untuk mendidik anaknya,
kendati dengan sesibuk apapun orang tua selalu melakukan kontrol kepada anak
dengan sendiri anak akan menurut dan akan menjadi anak sholeh. Semoga kita
semua bisa menjadikan anak-anak kita anak sholeh/sholehah, amin.
Waalaikum Salam Wr. Wb.
Semoga bermanfaat
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !