Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Saudaraku se-Iman dimanapun berada, pada kesempatan ini marilah kita senantiasa bersyukur atas berbagai nikmat hidayah berupa agama Islam, Iman dan Ihksan semoga terus meningkatkan amalan-amalan ibadah kepada-Nya. Pada kesempatan ini, kami mencoba untuk menukil salah satu kisah seorang bangsa Rusia diberikan hidayah Allah masuk Islam.
Selawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada panutan junjungan alam kekasih Allah Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat dan umat hingga kita semua semoga konsisten memagang teguh risalah-Nya, amin.
Saduaraku, mari kita simak salah seorang perempuan berkebangsaan Rusia saat mendapatkan hidayah dari Allah sehingga diri masuk Islam. Sebagaimana negara anti agama alias berfaham atheis sangat sangat janggal, namun apabila Allah berkehendak apapun bisa jadi.
Oleh karena itu, bersykurlah kita di Indonesia mayoritas beragama Islam dengan bebas dan nyaman untuk beribadah. Kendati pun agama Islam merupakan hidaya berupa warisan dari orang tua kita, sebagai estafet ke Islam-an harusnya kita merubah paradigma baru dengan varian berupa ilmu-imu agama lebih mendalam dari Alquran dan al Hadist nabi Muhammad SAW.
Dengan nilai hidyah sejak lahir ini, agar tidak gersang apa-apa diterima ke-Islam-an dari orang tua kita. Hidayah Islam ini mari terus pupuk dengan berbagai ilmu Alquran dan Al Hadist sehingga iman dan taqwa kita akan subur bersemi di hati sanubari kita semua. Sebab, kalau hidayah ini tak dipupun dengan berbagai ilmu Alquran dan Alhadist Nabi Muhammad SAW cepat atau lambat akan raib ditelan berbagai gangguan dunia, notabene kini semakin menguat dunia menjadi ukuran manusia.
Saudaraku mari kita simak bersama kisah seorang berkebangsaan Rusia ini saat mendapatkan hidayah dari Allah SWT, semoga ,menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kelak bila kita dipanggil senantiasa dalam keadaan berbagian karena dekat dengan-NYa. Amin.
Namaku E. Vekilov, 28 tahun dari Rusia. Aku masuk Islam pada tahun 1998, tepatnya setahun setelah aku menyelesaikan sekolah kedokteranku dengan spesifikasi bedah. Sekarang ini aku tengah menyelesaikan program pasca sarjana dan lagi mempersiapkan thesis gelar masterku. Langkahku menerima Islam sedikit tidak lazim di kalangan masyarakat Rusia modern. Karena sudah kadung berkembang luas di Rusia, adanya anggapan bahwa kebanyakan muslim itu tidak berpendidikan dan terbelakang.
Bagiku justru, ilmu pengetahuanlah yang
membantuku menentukan pilihanku ini: sedikit lebih tahu tentang aneka ragam
struktur anatomi makhluk hidup benar-benar menunjukkan kebesaran Sang Pencipta.
Dengan seringnya melihat berbagai penyakit dan penderitaan orang lain membuatku
makin memaknai arti hidup ini. Dan aku semakin diyakinkan dengan adanya takdir
Tuhan pada seseorang bahwa sepintar apapun dia, sekaya apapun dia dan sekeras
apapun usahanya tetap tidak mampu melawan takdir yang telah Tuhan tetapkan
padanya.
Lantas, darimana kuperoleh gagasan tentang Sang
Pencipta ini? Sedangkan aku hidup di lingkungan yang kebanyakan orang-orangnya
berfaham atheis ini. Aku sendiri, dibesarkan dalam keluarga yang notabene tidak
beragama, kedua orangtuaku dan nenekku tidak beragama. Sejak kecil aku tidak
mendapat pendidikan tentang agama akan tetapi samar-samar aku ingat dulu pernah
merasa bahwa Dia dzat yang Maha Besar yang menciptakan alam semesta ini.
Ketika remaja, aku banyak membaca literature
tentang agama, tetapi yang ada di Rusia kebanyakan tentang faham atheis saja
dan aku tidak menemukan hal yang bisa menarik perhatianku. Kemudian, di awal
tahun 90 an, aku memiliki Injil Perjanjian Baru. Setelah mempelajarinya, aku
malah makin tidak mengerti. Aku tidak mengerti, bagaimana kedudukan Yesus
sebenarnya, bagaimana ia bisa jadi manusia dan jadi Tuhan sekaligus, bagaimana
Tuhan bisa mempunyai anak, mengapa harus ada trinitas dan mengapa Yesus
menanggung semua dosa manusia.
Aku telah menanyakannya pada pendeta, tetapi ia
terus saja menjawab bahwa Injil itu mutlak diyakini kebenarannya bukannya
ditelusuri masuk akal tidaknya seperti buku-buku biasa lainnya. Dan bagaimana
gereja bisa menentukan mana yang sacral dan mana yang tidak. Karena antara
gereja satu dengan lainnya kadang berbeda. Hal lain yang mengganjalku adalah
pengikut gereja memerlukan perantara untuk berdoa kepada Tuhan, tidak bisa
tidak, menurut para pendeta. Belum lagi hal-hal tentang Yesus sang Penebus
Dosa, sakramen, tokoh atau orang-orang suci dan imejnya dan pelayanan gereja
yang rumit lainnya. Benar-benar tidak mudah untuk dipahami. Aku memilih untuk
tidak bergabung dengan hal-hal seruwet itu.
Kenudian, aku berupaya hidup mengikuti arus yang
ada. Menjalani rutinitas seperti biasanya meskipun kekosongan jiwa terus
menderaku. Ternyata lama kelamaan aku makin merasa makin kehilangan arah dan
makin tersesat saja. Dan tanpa kusangka-sangka, di musim semi tahun 1998, aku
bertemu salah seorang kolegaku. Seorang ahli bedah juga yang telah bekerja selama
12 tahun di Mauritania (barat laut Afrika) dan dalam rangka pulang kampong
sebentar ke Rusia. Ternyata di sana ia telah masuk Islam. Karena sering
berkomunikasi dengannya secara intens, aku sedikit demi sedikit mulai mengenal
Islam. Bahkan kemudian, ia secara khusus mencarikanku literature-literatur
tentang Islam dalam bahasa Rusia, menerangkannya padaku, membacakan Al Qur’an
dan menerjemahkannya juga.
Selain itu, ternyata ia juga mahir berbahasa
Arab. Dengan merendah, ia mengatakan di sela-sela kesibukannya sebagai dokter,
tanpa kenal lelah ia terus belajar bahasa Arab. Meskipun awalnya sulit sekali.
Walaupun kami hanya bertemu dalam waktu yang tidak terlalu lama, apa yang
disampaikannya padaku sungguh sangat mengena di hatiku. Aku merasa inilah jalan
hidup yang benar. Tanpa perlu membuang-buang waktu lagi, aku mengutarakan
keinginanku masuk Islam.
Di suatu hari yang cerah, kami ditemani rekannya
yang bernama Halid, datang ke mesjid di pusat kota. Di depan seorang imam dan
beberapa muslim lainnya, aku mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak saat
itulah, hidupku benar-benar berubah. Berubah dalam arti yang baik. Dalam
pencarianku yang panjang, akhirnya aku menemukan Islam yang di dalamnya aku
bisa menemukan ketenangan pikiran dan jiwa. Ini benar-benar karunia yang besar
dari Allah subhanahu wa ta’ala. Ada hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengatakan, “Bahwa setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya yaitu Islam, orang
tuanyalah yang membuatnya jadi Kriten, Yahudi ataupun Majusi.”
Seiring dengan proses belajar menjadi seorang
muslim yang baik, maka kehidupan pribadi ku juga makin membaik. Hal ini turut
membawa pengaruh baik dalam lingkungan kerja dan lingkungan keluargaku. Banyak
yang terheran-heran dengan perubahanku ini. Seorang pria muda yang bekerja di
bidang dimana atmosfirnya dipenuhi daya tarik materialistis, di samping erat
terlibat dengan sains, kok tiba-tiba menjadi seorang muslim. Sering ke masjid
dan menghadiri majelis taklim, tidak makan daging babi, berjenggot dan
melaksanakan shalat.
Jika seseorang hanya diberi dua pillihan: masuk
Kristen atau masuk Islam. Orang yang berakal sehat tidak akan ragu-ragu dengan
pilihannya, dan akan lebih memilih Islam dengan ajarannya yang meyakini hanya
ada satu Tuhan saja, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala dan Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai Nabi dan Rasul-Nya ketimbang Kristen
dengan keruwetan theologinya.
Yang pasti, tidak semua yang ada di sekitarku
memahami dan mendukung pilihanku ini. Ada yang mengataiku gila dan pengkhianat
Russia. Ada juga yang menjulukiku ‘Wahhabi’ dan itu mungkin hanya karena aku
sekarang berjenggot.
Dibanding dengan pendahuluku sesama orang Rusia,
Lev Tolstoy, liku-liku yang kujalani setelah memeluk Islam takkan ada
apa-apanya. Tak banyak yang tau memang, kalo Lev Tolstoy, cendekiawan dan
penulis terkenal dari Rusia yang banyak berkontribusi dalam karya sastra dan
sejarah Rusia ternyata sudah memeluk Islam. Sejak tahun 1870 an, ia lebih
berkonsentrasi pada hal-hal seputar kematian, dosa, hukuman dan perbaikan moral
dalam karya-karyanya. Cara berpikirnya seperti itu dianggap sangat tidak lazim
oleh masyarakat Rusia saat itu. Sehingga ia dikucilkan dan dianggap sebagai
orang terkutuk. Kerabat dan teman-teman dekatnya semua menjauh. Tokoh liberal
menganggapnya gila. Tokoh revolusioner dan radikal menganggapnya penuh mistis.
Pemerintah menganggapnya pemberontak yang berbahaya. Pihak gereja menganggapnya
sebagai pengikut aliran setan terlaknat. Ia akui semua itu berat baginya, akan
tetapi predikat muslim yang tertanam dalam hatinya cukup sebagai pelipur lara.
Ia berkata,
“Cukup lihat aku sebagai seorang muslim yang
baik dan yang hanya bertuhankan Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah
utusan-Nya, maka semua akan baik-baik saja.”
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !