Headlines News :
Home » » Pemerintah Tak Melaksanakan Sariat, Jahiliyah

Pemerintah Tak Melaksanakan Sariat, Jahiliyah

Written By Unknown on Jumat, 01 Maret 2013 | 00.39



Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrohim,

Saudaraku se-Iman, marilah senantiasa terus bersyukur atas berbagai nikmat Iman, Islam dan Iksan kepada sang Khaliq, semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya berkah dan  istiqomah, amin.

Selawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada junjungan alam nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga kita semua semoga senantiasa dalam istiqomah menjalankan risalah-Nya, amin.

Saudaraku dimanapun berada, pada Jumat (01/03/013), ustad Syahroni mengajak umat berjamaah jumatan di masjid Attaqwa untuk terus mengamalkan perintah untuk mengamalkan  sariat Islam sebagai diperintahkan Allah SWT dan  Nabi Muhammad SAW.

Amalan sariat Islam ini  terus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hubungan  habluminannas dan hambulminallah, maka akan selamat sentosa  dunia  dan akhirat.

Sariat Islam merupakan wujud nyata salah satu bentuk konsekuensi iman dan taqwa kepada Allah dan Rosulullah. Sebab. Terbukti  sariat  Nabi Muhammad ditinggalkan sejak kholifah bani Umaiyah sekitar 900 tahun silam, tatanan sariat  nabi Muhammad SAW mulai bergeser kepada system jahiliyah.

Pastinya, sariat Islam akan memberikan tuntunan dalam segala bidang seperti pemerintahan, ekonomi, pertahanan dan keamanan, sosial budaya dan semua bidang. Sebab tatanan sariat semua diatur didalamnya, sampai-sampai tidur–bangun dan kemudian bersosialisasi kepada sesama telah diatur sedemikian rupa oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Namun sayangnya, tatanan sariat nabi bergeser kepada system jahiliyah termasuk di Indoensia. Apa yang terjadi ? yakni bencana silih berganti terus menerus menerjang di berbagai wilayah Indonesia dan bahkan korupsi semakin dahsyat.

Hal ini menujukkan, trend belakangan semakin menjijikan,  terutama pada saat menonton acara di televisi sebagian besar tayangan mempertontonkan korupsi dipusaran hampir semua partai, ini menujukkan system jahilayah bahwa pemerintahan ini  sakit dan sekarat.

Degredasi moral rendah, akbiat system pemerintahan jahiliyah, tak menjalankan sariah sebagaimaan perintah Allah dan Rosolulah. Maka mencetak pemimpin tak lebih dari hanya mengedepan kekuasaan dan kekayaan semata. Kendati rakyat menjerit biaya hidup tinggi, kelaparan, pengangguran dan kemiskinan.Apriori, itu fakta mengemuka.

Kalaupun sekali-sekali sejumlah tokoh  atau pemimpin tertentu memprogramkan sebagai tersebut di atas, hanya sebatas pencitraan saat menghadapi pemilukada, pemilu legislatif dan pemilu presiden.

Pasca terpilih , wassalah, alias janji-janji hanya sebuah impian mencoba untuk ditawarkan kepada sejumlah masyarakat agar tertarik dan kemudian memberikan suara kepadanya. Inilah system jahiliyah sekarang ini terus menjadi standar dalam pemerintahan ini, maka sangat jauh dari system keperpihakan kepada rakyat.

Syahroni memberikan contoh, saat pemerintahan kolifah Umar Bin Khatab  dalam setiap hari berkeliling kependuduk-penduduk untuk mengetahui secara pasti tentang pemerintahan benar-benar bermanfaat kepada rakyat atau tidak.

Pada suatu malam Umar bin Khatab berkeliling ke kampung-kampung mendapati pada pertengahan malam yang semua orang terlelap tidur. Namun, masih ada rumah terlihat terang kemudian Umar  mendekati ke rumah masih terang tersebut, apa yang terjadi ada  suara anak menangis.

Kemudian sang pemimpin itu, mendekati kemudian menanyakan kepada ibu itu. “Wahai sang ibu sedang apa ? Kata Umar bin Khatab menanyakan kepada ibu sambil melihat seorang anak menangis. Bahkan dirinya melihat langsung tempat berupa dandang/kuali (bahasa jawa untuk alat memasak) menggodok dengan api, ternyata isinya berupa batu kerikil.

Bagaimana ini bisa terjadi, “Saya menanak batu kerikil ini hanya menenangkan anak untuk menghibur anak saya agar jangan terus menangis kelaparan. Akhirnya, batu kerikil inilah saya masak untuk menghibur anak dan supaya terlena dan tertidur,” ujar Ibu menjawab Umar bin Khatab tersebut.

Seraya menyampaikan umpatan dan cacian kepada kepemimpinan Umar,  Ibu itu menyampaikan keadaan sampai tidak bisa memberikan makan kepada anak-anaknya. Padahal dihadapannya itu, adalah seorang Umar bin Khatab, namun sang pemimpin ini tak memberitahukan bahwa dirinya Umar bin Khatab.

Kemudian, cepat berbalik Khalifah Umar bin Khatab  ke istana mengambil gandum dan memanggul sendiri seraya menyerahkan kepada sang ibu kepada anak-anak yang tengah dilanda kelaparan itu.

Contoh dan teladan seperti Umar bin Khatab sampai saat ini belum ada. Termasuk pemimpin-pemimpin di Indonesia, penuh tanggungjawab dan penuh perhatian kepada warga dan penduduknya sehingga apapun yang dikeluhkan masyarakat dan warga cepat tanggap untuk direspon.

Mengingat, sekecil apapun seorang memimpin bahwa setiap pemimpin nantinya akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT, sudah sesuai dengan sariat Islam atau belum, semua akan dipertanggungjawabkan oleh-Nya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Semoga bermanfaat.

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Template | Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Dakwah DKM MASJID AT' TAQWA - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Zack Template