Assalamualaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrohim,
Saudaraku se-Iman, marilah
senantiasa terus bersyukur atas berbagai nikmat Iman, Islam dan Iksan kepada
sang Khaliq, semoga kita senantiasa dalam lindungan-Nya berkah dan istiqomah, amin.
Selawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada junjungan alam nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,
para sahabat dan pengikutnya hingga kita semua semoga senantiasa dalam
istiqomah menjalankan risalah-Nya, amin.
Saudaraku dimanapun berada, pada Jumat
(01/03/013), ustad Syahroni mengajak umat berjamaah jumatan di masjid Attaqwa
untuk terus mengamalkan perintah untuk mengamalkan sariat Islam sebagai diperintahkan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Amalan sariat Islam ini terus diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam hubungan habluminannas dan hambulminallah, maka akan
selamat sentosa dunia dan akhirat.
Sariat Islam merupakan wujud
nyata salah satu bentuk konsekuensi iman dan taqwa kepada Allah dan Rosulullah.
Sebab. Terbukti sariat Nabi Muhammad ditinggalkan sejak kholifah bani
Umaiyah sekitar 900 tahun silam, tatanan sariat nabi Muhammad SAW mulai bergeser kepada system
jahiliyah.
Pastinya, sariat Islam akan memberikan
tuntunan dalam segala bidang seperti pemerintahan, ekonomi, pertahanan dan
keamanan, sosial budaya dan semua bidang. Sebab tatanan sariat semua diatur
didalamnya, sampai-sampai tidur–bangun dan kemudian bersosialisasi kepada sesama
telah diatur sedemikian rupa oleh Allah dan Nabi Muhammad SAW.
Namun sayangnya, tatanan sariat nabi
bergeser kepada system jahiliyah termasuk di Indoensia. Apa yang terjadi ?
yakni bencana silih berganti terus menerus menerjang di berbagai wilayah Indonesia dan bahkan
korupsi semakin dahsyat.
Hal ini menujukkan, trend
belakangan semakin menjijikan, terutama pada
saat menonton acara di televisi sebagian besar tayangan mempertontonkan korupsi
dipusaran hampir semua partai, ini menujukkan system jahilayah bahwa pemerintahan
ini sakit dan sekarat.
Degredasi moral rendah, akbiat system
pemerintahan jahiliyah, tak menjalankan sariah sebagaimaan perintah Allah dan
Rosolulah. Maka mencetak pemimpin tak lebih dari hanya mengedepan kekuasaan dan kekayaan semata. Kendati
rakyat menjerit biaya hidup tinggi, kelaparan, pengangguran dan kemiskinan.Apriori, itu fakta mengemuka.
Kalaupun sekali-sekali sejumlah
tokoh atau pemimpin tertentu
memprogramkan sebagai tersebut di atas, hanya sebatas pencitraan saat
menghadapi pemilukada, pemilu legislatif dan pemilu presiden.
Pasca terpilih , wassalah, alias
janji-janji hanya sebuah impian mencoba untuk ditawarkan kepada sejumlah masyarakat agar
tertarik dan kemudian memberikan suara kepadanya. Inilah system jahiliyah
sekarang ini terus menjadi standar dalam pemerintahan ini, maka sangat jauh
dari system keperpihakan kepada rakyat.
Syahroni memberikan contoh, saat
pemerintahan kolifah Umar Bin Khatab
dalam setiap hari berkeliling kependuduk-penduduk untuk mengetahui
secara pasti tentang pemerintahan benar-benar bermanfaat kepada rakyat atau
tidak.
Pada suatu malam Umar bin Khatab
berkeliling ke kampung-kampung mendapati pada pertengahan malam yang semua
orang terlelap tidur. Namun, masih ada rumah terlihat terang kemudian Umar mendekati ke rumah masih terang tersebut, apa
yang terjadi ada suara anak menangis.
Kemudian sang pemimpin itu,
mendekati kemudian menanyakan kepada ibu itu. “Wahai sang ibu sedang apa ? Kata
Umar bin Khatab menanyakan kepada ibu sambil melihat seorang anak menangis. Bahkan
dirinya melihat langsung tempat berupa dandang/kuali (bahasa jawa untuk alat memasak) menggodok
dengan api, ternyata isinya berupa batu kerikil.
Bagaimana ini bisa terjadi, “Saya
menanak batu kerikil ini hanya menenangkan anak untuk menghibur anak saya agar
jangan terus menangis kelaparan. Akhirnya, batu kerikil inilah saya masak untuk
menghibur anak dan supaya terlena dan tertidur,” ujar Ibu menjawab Umar bin Khatab
tersebut.
Seraya menyampaikan umpatan dan
cacian kepada kepemimpinan Umar, Ibu itu
menyampaikan keadaan sampai tidak bisa memberikan makan kepada anak-anaknya. Padahal
dihadapannya itu, adalah seorang Umar bin Khatab, namun sang pemimpin ini tak
memberitahukan bahwa dirinya Umar bin Khatab.
Kemudian, cepat berbalik Khalifah
Umar bin Khatab ke istana mengambil
gandum dan memanggul sendiri seraya menyerahkan kepada sang ibu kepada
anak-anak yang tengah dilanda kelaparan itu.
Contoh dan teladan seperti Umar
bin Khatab sampai saat ini belum ada. Termasuk pemimpin-pemimpin di Indonesia, penuh
tanggungjawab dan penuh perhatian kepada warga dan penduduknya sehingga apapun yang
dikeluhkan masyarakat dan warga cepat tanggap untuk direspon.
Mengingat, sekecil apapun seorang
memimpin bahwa setiap pemimpin nantinya akan diminta pertanggungjawaban oleh
Allah SWT, sudah sesuai dengan sariat Islam atau belum, semua akan
dipertanggungjawabkan oleh-Nya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !